Ahmad Rifai Fungsionaris Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI)
Hariannetwork.com – Setelah ditetapkan Pontianak sebagai Tuan Rumah Kongres HMI ke XXXII jutaan kader HMI menyambutnya dengan riang gembira, mengapa demikian? Pesta dua tahunan HMI ini adalah sebuah pesta atau ajang Silaturahmi seluruh kader HMI dari Sabang sampai Merauke dan bahkan ada yang dari luar negeri.
Sebelumnya disalah satu media dan kali ini kembali saya mencoba menyampaikan beberapa poin seputar HMI dan tulisan kali ini masih bicara seputar HMI.
Pertanyaannya mendasar kemana HMI akan dibawa?
Setiap dua tahun periode kepengurusan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam sudah menjadi hal lumrah bahwa pasca Kongres HMI muncul dinamika internal yang kalau diikuti sangat menghabiskan banyak energy.
Perlu kita review kembali nafas perjuangan sehingga HMI pada pendiri menginisiasi lahirnya organisasi yang dijuluki hijau hitam. Dahulu pada kongres HMI ke I di Jogyakarta ditetapkan tujuan HMI “Mempertebal dan Mengembangkan Agama Islam dan Mempertinggi derajat rakyat dan Negara Indonesia” tujuan ditetapkan sebagai sebuah acuan berorganisasi.
Kemudian, pada Kongres HMI ke-4 di Bandung pada 14 Oktober 1955 merubah Tujuan HMI hasil Kongres I HMI menjadi; “Ikut mengusahakan terbentuknya manusia akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam.”
Terkait perubahan pertama ini, A. Dahlan Ranuwihardjo dalam bukunya menjelaskan pada saat itu HMI sampai pada pendapat bahwa HMI yang isinya adalah mahasiswa, calon sarjana atau calon intelektual tidaklah tepat jika berfungsi sebagai organisasi massa, apalagi sebagai organisasi kekuatan politik praktis.
Pada saat itu disepakatilah sebuah Tujuan HMI untuk memfungsikan HMI sebagai organisasi kader yang bertujuan membina anggotanya menjadi kader. Karena itu, yang menjadi fokus dan objek yujuan HMI adalah pribadi-pribadi, individu-individu para anggota. Sehingga disahkanlah tujuan HMI yang baru (Hasil Kongres HMI ke-4) menggantikan tujuan HMI hasil Kongres HMI I.
Jika Tujuan HMI I hanya mampu bertahan selama 8 tahun, Tujuan HMI II hasil Kongres HMI ke-4 mengalami perubahan kembali, dua kali lipat dari Kongres I, artinya hanya bertahan selama 16 tahun. Perubahan kedua ini terjadi pada Kongres HMI ke-10 di Palembang pada 10 Oktober 1971, dengan bunyi redaksinya; “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat dan makmur yang diridhoi Allah Subhanahu wata’ala.”
Melihat dari bebrapa kali terjadi perubahan tujuan HMI dari situ kita melihat bahwa harus ada penyesuaian akan kondisi hari ini dan relevansi mision yang menjadi semangat para kader HMI.
NPD HMI sebagai alat perjuangan HMI kadang dikesampingkan sehingga menjadikan HMI melenceng dari rel yang telah dibuat sebagai sebuah acuan berorganisasi.
Jika memang saat ini agak sulit untuk berjalan organisasi diatas rel yang telah dibuat dan disepakati itu apakah perlu ada perubahan tujuan HMI untuk disesuaikan dengan kondisi hari ini?
Lagi dan lagi, jika pertanyaan itu diarahkan ke saya tentu sebagai Kader HMI dan Insan Akademis maka saya akan menjawab bahwa perlu ada kajian tersendiri untuk menyimpulkan relevan dengan tidaknya tujuan HMI yang sampai dengan hari ini digunakan dan perlu alat ukur yang jelas untuk menghasilkan satu hasil analisa yang kongkrit. Tapi jika ditanya sepintas maka narasi yang ditambah dari tujuan yaitu “Persatuan” karena terlalu sering berkonflik dan menimbulkan adanya sekat antar satu dengan yang lain. Tapi itu hanya sekedar pemikiran saya saja.
Editor: Tim Redaksi Harian Network