Beranda OPINI Jangan Tinggalkan Perempuan Dari Revolusi Digital!

Jangan Tinggalkan Perempuan Dari Revolusi Digital!

0

Hariannetwork.com – Revolusi digital seharusnya mampu membuka peluang besar bagi perempuan untuk berkontribusi pada peradaban dunia. Munculnya teknologi, seringkali menempatkan perempuan berada di posisi tertinggal karena jarang memperoleh akses yang sama seperti laki-laki. Ini merupakan bentuk penindasan kultural dan struktural yang menghalangi perempuan untuk meraih potensi mereka.

Perkembangan teknologi harus memberikan keberlanjutan dan keuntungan yang sama bagi seluruh lapisan masyarakat, tanpa terkecuali bagi kaum perempuan. Oleh karenanya, perempuan memiliki peran yang sangat penting dalam peradaban dunia dan mereka harus memperoleh kesempatan yang sama untuk berkontribusi pada perkembangan teknologi.

Kesenjangan Digital Perempuan dan Laki-laki

Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2015-2019 tentang Proporsi Individu pengguna Internet Menurut Jenis Kelamin, tampak jelas terjadi peningkatan kesenjangan penggunaan internet antara perempuan dan laki-laki di Indonesia tahun 2017 sampai dengan tahun 2019. Pada tahun 2017, tingkat kesenjangannya berada pada angga 4,36%, kemudian pada tahun 2018 mengalami sedikit kenaikan menjadi 4,82%, hingga pada tahun 2019 kembali naik menjadi 5,64%.

Bukan saja pada pada persoalan keterbatasan akses, perempuan juga memiliki hambatan yang signifikan dalam pemanfaatan teknologi, seperti yang dikutip dari kajian Neni & Khofifa (2016). Hasil riset Accenture tahun 2016 menunjukkan bahwa kefasihan digital perempuan Indonesia berada di peringkat paling rendah dari 26 negara yang turut di survey. Ini menunjukkan bahwa perempuan di Indonesia memiliki keterbatasan akses dan keterbatasan dalam menggunakan teknologi.

Baca Juga : Sosok Almarhum Ferry Mursidan Baldan di Mataku

Hal ini semakin diperparah dengan fakta bahwa perempuan di Indonesia tidak menyadari manfaat dari teknologi dalam mendukung pekerjaan mereka, yang membuat mereka tertinggal dibandingkan laki-laki. Keterbatasan dan hambatan ini mempengaruhi berbagai aspek kehidupan perempuan, seperti pendidikan, pekerjaan, kesehatan, ekonomi, dan kesejahteraan.

Faktor Ketimpangan Digital Pada Perempuan

Dalam Kajian Dedi dan Novita (2021) berjudul “Narasi Perempuan dan Literasi Digital di Era Revolusi Industri 4.0”, mereka menyatakan ada beberapa faktor yang memengaruhi ketimpangan gender dalam penggunaan teknologi digital. Faktor-faktor ini termasuk biaya akses yang mahal, pendidikan yang kurang, norma atau budaya yang dianut, kurangnya pelatihan, kurangnya literasi, kurangnya pemahaman tentang manfaat, konten yang tidak relevan, dan isu keamanan. Sementara Rahayu dalam bukunya “Perempuan dan Literasi Digital: Antara Problem, Hambatan, Dan Arah Pemberdayaan” menjelaskan terdapat dua faktor penghambat akses teknologi bagi perempuan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal seperti self-efficacy, yaitu penilaian pribadi atas kemampuan untuk mengadopsi dan menggunakan teknologi, mempengaruhi cara mereka berpikir, memotivasi diri, dan berprilaku. Kurangnya self-efficacy ini dapat terlihat dari kecemasan perempuan saat menggunakan teknologi, sikap pasif terhadap teknologi dan motivasi belajar tentang teknologi yang rendah. Salah satu solusi untuk meningkatkan self-efficacy adalah dengan memodifikasi kepercayaan diri dan dukungan sosial dari lingkungan.

Baca Juga : HMI, Himpunan Mahasiswa Islam Atau Himpunan Mahasiswa Indonesia?

Sedangkan faktor eksternal muncul karena kurangnya dukungan sosial dalam penggunaan teknologi dan stereotip gender yang berkaitan dengan ketidakmampuan perempuan dalam hal teknologi. Gamble dalam Kajian Dedi dan Novita (2021) juga menyatakan bahwa stereotip yang dihasilkan dari penggambaran simbolis teknologi adalah perempuan merupakan mahluk bodoh dan tidak layak untuk bersanding dengan teknologi.

Sayangnya, perempuan adalah salah satu kelompok dalam masyarakat yang paling mudah dan cepat dapat diberdayakan melalui akses internet yang lebih besar. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengatasi faktor-faktor penghambat dan memberikan dukungan sosial bagi perempuan dalam mengakses teknologi.

Literasi Digital Bagi Perempuan

Internet mempengaruhi seluruh masyarakat dan kemampuan komputasi menjadi syarat mutlak bagi semua profesi masa depan. Namun, jika perempuan dibiarkan terpinggirkan dari revolusi digital, maka seluruh upaya yang telah dilakukan untuk mencapai kesetaraan politik, ekonomi, dan sosial akan terhapus di abad kedua puluh satu. Oleh karena itu, perlu upaya untuk mendorong literasi digital bagi para perempuan. Literasi digital memiliki arti sebagai kemampuan individu dalam memanfaatkan dan menggunakan teknologi digital untuk mencapai tujuan. Ketrampilan digital meliputi pengetahuan dan kemampuan mengenai teknologi digital, yang memberikan individu kemungkinan untuk meningkatkan potensial belajar, kehidupan, dan pekerjaan mereka.

Melalui kegiatan pelatihan, perempuan dapat meningkatkan literasi digital mereka dan membuka potensial diri mereka. Program pelatihan, seperti pemanfaatan internet dan media sosial sebagai media berwirausaha, bisa menjadi salah satu opsi. Literasi digital juga harus diterapkan dalam kurikulum pendidikan untuk menumbuhkan pola pikir generasi muda tentang perkembangan era digital dan memberikan mereka kemampuan untuk memanfaatkan peluang yang ada.

Baca Juga : Organisasi Kampus di Ujung Tanduk

Ketidakmerataan akses digital bagi perempuan membuat mereka tidak merasa adil dalam memanfaatkan perkembangan digital. Oleh karena itu, dibutuhkan keberpihakan untuk memfasilitasi akses perempuan terhadap revolusi digital saat ini. Mengajarkan orang untuk menggunakan teknologi sama pentingnya dengan memberikan akses kepadanya. Ini menjadi tugas kita semua untuk memastikan bahwa perempuan tidak terpinggirkan dari revolusi digital dan memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkembang bersama.

*Dikutip dari berbagai jenis sumber buku dan jurnal

Penulis : Baba Dimas Erlangga (Ketua Umum HMI Komisariat Fisip Undip, Founder Taman Baca Masyarakat Lentera Aksara)

Editor: Tim Redaksi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here