Beranda OPINI Gemoy: Strategi Komunikasi Prabowo di Pilpres 2024

Gemoy: Strategi Komunikasi Prabowo di Pilpres 2024

0
Gemoy sebagai strategi Komunikasi Prabowo menggaet suara anak muda

Hariannetwork.comPemilihan Presiden kini bukan lagi sekadar ruang adu visi dan program kerja. Ia telah menjelma menjadi panggung besar komunikasi politik yang menuntut kreativitas dalam memainkan simbol-simbol publik. 

Dalam konteks Pilpres 2024 di Indonesia, munculnya gimmick politik Gemoy yang menjadi sorotan menarik. Kata yang awalnya hidup dalam percakapan anak muda ini tiba-tiba berubah menjadi wajah kampanye pasangan Prabowo Subianto. Muncul di berbagai platform digital, spanduk, hingga atribut kampanye, istilah “Gemoy” bukan sekadar lucu-lucuan, tetapi merupakan strategi komunikasi yang matang dan terencana.

Dalam bahasa gaul, “gemoy” berarti lucu, menggemaskan, dan bikin gemas dalam arti positif. Namun dalam konteks Pilpres, kata ini menjadi bagian dari upaya membangun citra Prabowo sebagai sosok yang hangat, dekat dengan rakyat, dan tidak menyeramkan. 

Hal ini dengan kesan lama Prabowo yang identik dengan gaya keras, militeristik, dan tegas. Melalui pendekatan “Gemoy,” terjadi reposisi citra dari “Singa Podium” menjadi “Kakek yang menggemaskan”. Narasi ini semakin diperkuat dengan gestur dan ekspresi Prabowo yang sengaja ditampilkan lebih santai, seperti menari, tertawa lepas, dan banyak bercanda di depan publik. 

Kekuatan strategi “Gemoy” juga terlihat dari cara tim kampanye Prabowo-Gibran memanfaatkan media sosial, terutama TikTok. Platform ini menjadi medan utama perang opini di kalangan pemilih muda. 

Menurut analisis Drone Emprit, pasangan ini menjadi yang paling banyak diperbincangkan dan memiliki interaksi tertinggi di TikTok sepanjang masa kampanye. Hal ini tentu bukan kebetulan. Data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) menunjukkan bahwa pemilih dari generasi Z dan milenial mencapai 56,45% dari total pemilih. 

Artinya, lebih dari separuh suara ditentukan oleh kelompok usia muda, yang cenderung lebih responsif terhadap konten visual, ringan, dan menghibur karakteristik utama dari konten “Gemoy” yang disebarkan melalui media sosial.

Meski demikian, strategi ini tidak lepas dari kritik. Banyak yang menilai bahwa kampanye Prabowo terlalu mengedepankan hiburan dan citra ketimbang gagasan substansial. Dalam berbagai diskusi publik, kekhawatiran muncul bahwa pemilih akan lebih tertarik pada sosok yang lucu dan viral daripada mendalami program-program yang ditawarkan. 

Namun di sisi lain, harus diakui bahwa strategi “Gemoy” berhasil membuka pintu komunikasi dengan kelompok pemilih yang selama ini cenderung apatis terhadap politik. 

Dalam konteks marketing, apa yang dilakukan oleh Prabowo adalah bentuk strategi komunikasi branding yang cerdas. “Gemoy” adalah simbol yang lahir dari pembacaan terhadap tren budaya dan preferensi pemilih muda. Ia tidak hanya menjadi kata kunci dalam komunikasi politik, tetapi juga menciptakan kesan emosional yang melekat di benak publik.

Namun, penting untuk diingat bahwa simbol tanpa isi tidak akan bertahan lama. Jika pesan “Gemoy” tidak diikuti dengan konsistensi dalam tindakan dan menyampaikan program, maka publik bisa kehilangan kepercayaan. 

Politik memerlukan keseimbangan antara citra dan kinerja. Di sinilah tantangan besar Prabowo  untuk bagaimana mengemas pesan yang menarik tanpa kehilangan makna dan substansi.

Penulis : Akhmad Abdul Muhyi
Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul

Editor  : Tim Redaksi Harian Network

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here