Hariannetwork.com – Innalillahi wainna ilaihi rajiuun. Telah berpulang ke rahmat Allah, senior kami Ferry Mursidan Baldan, pada Jumat 2 Desember 2022. Semoga almarhum beroleh maghfirah Allah, dalam khusnul khatimah, dan keluarga yang ditinggalkan tabah dalam iman. Amien.
Pada sore itu, akhir November 2001, saya diminta untuk menunggu di ruang kerjanya, DPR RI, Senayan Jakarta.
“Bapak sebentar lagi kelar sidang, dan tadi sudahh pesan supaya mas NHS diminta menunggu di sini,” kata Sekretaris Pribadi bang Ferry Mursyidan Baldan (FMB), dengan ramah. Saya pun menunggunya.
Tadi pagi sebelumnya, beliau menjanjikan saya menemuinya, di ruang kerjanya ini. Saat itu saya didampingi rekan Sidi Mawardi—tenaga ahli DPR RI, saat ini Anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah.
“Eih, Adinda, apa kabar?” katanya, ramah.
“Gimana Semarang? Gimana Undip? Gimana UI?”, sapanya beruntun, memecahkan konsentrasi saya yang tengah membaca koran.
Baca juga : Banteng Seruduk Banteng – Otokritik Kader PDIP Terhadap Kebijakan Pemerintahan Presiden Jokowi
Saya berdiri sedikit membungkuk tanda rasa hormat, dan memenuhi sodoran tangannya. Kami bersalaman, juga rekan Sidi Mawardi. Tak seberapa lama, kami tenggelam dalam obrolan banyak hal, juga tugas-tugas yang akan dibebankan kepada saya.
Saya adalah tenaga ahli DPR RI yang baru. Sebenarnya saya tidak melekat dengan bang FMB, melainkan dengan anggota DPR dari Partai Golkar lain, yakni Aryadi Ahmad, juga karena rekomendasi Marwah Daud Ibrahim.
Namun, oleh karena disepakati di fraksi, supaya setiap tenaga ahli juga membantu tugas-tugas lain, maka saya termasuk di dalamnya—terutama terkait dengan isu Pemilu, pemekaran daerah, dan urusan politik dalam negeri lainnya.
Sejak itu saya sering ngobrol dengan bang FMB. Sebagai tenaga ahli, saya menjalankan tugas-tugas antara lain sesuai arahan beliau. Pekerjaan ini saya jalani hampir tiga tahun, hingga saya mundur oleh karena saya menjabat Ketua Panwas Pemilu Jawa Tengah untuk Pemilu tahun 2004.
Baca Juga : Jangan Tinggalkan Perempuan Dari Revolusi Digital!
Selain untuk menimba pengalaman, pula untuk menambah income. Maklum, saya studi di program magister ilmu politik UI, tanpa beasiswa, karena saya juga menolak terikat dengan masa studi. Di luar itu saya juga nyambi jadi peneliti di SAREC-ISAI—atas ajakan senior saya lainnya, Bang Andrinof Chaniago dan almarhum AE Priyono.
Pengalaman bekerja dengan bang FMB, sangat menyenangkan, juga mengesankan. Saya dibimbing untuk banyak hal mengenal Pemilu. Pembawaan dan gaya bicaranya yang kalem, datar, dan tak meledak-ledak—tak seperti kebanyakan politisi kita jika menyampaikan pendapat—, dan tidak meledak-ledak, plus tergolong ganteng untuk ukuran kebanyakan orang, lagi pula tak pernah membedakan latar belakang siapapun, menguatkan dorongan orang untuk mendekati, dan mengakrabinya. Saya termasuk di antara orang-orang itu, orang beruntung.
“Ambil saja Adinda, itu menambah pengalaman kepemiluan,” jawab beliau, ketika saya konsultasi dengannya, karena saya diminta oleh Rektor Undip saya, Prof Eko Budihardjo, untuk daftar jadi Panwas Pemilu. Saya diminta oleh bos saya untuk apakah bertahan jadi tenaga ahli ataukah ambil kesempatan jadi Pengawas Pemilu. Setelah saya konsultasi dengan bang FMB, saya mengambil pilihan kedua. Tampaknya itu jalan bagi saya untuk membuat sejarah.
Baca juga : Menyalakan Kembali Api Islam Melalui Semangat Keilmuan
Usai tugas jadi Ketua Panwas Pemilu Jawa Tengah tahun 2004, saya masih seberapa aktif di Jakarta—kendati praktis sudah bergelut dengan tri darma perguruang tinggi. Saya masih sering ketemu dengan bang FMB. Seperti beberapa kegiatan Perkumpulan Pemilu dan Demokrasi (Perludem)—wadah yang dibentuk oleh eks Panwas Pemilu tahun 2004—beberapa kali mengundang beliau jadi pembicara. Di luar itu, pada Mei 2007, Dekan Fisip Undip saya, Warsito, meminta saya jadi Ketua Panitia Seminar Nasional mengenai kepartaian, dalam rangka Dies Natalis. Saya dengan cepat menghubungi bang FMB—selain Presiden PKS Tifatul Sembiring. Acara cukup meriah, dan bernas menghasilkan sejumlah rekomendasi penting.
Usai seminar, bang FMB bersedia untuk menyediakan waktu ke Sekretariat HMI Komisariat Fisip Undip, Jalan Kertanegara, depan kompleks Gereja HKBP, Semarang. Sekretariat yang sempit dan berjubel anak-anak HMI, ditingkahi riang dan gelak tawa, karena beliau sering memancing para yuniornya untuk terus berkiprah dalam segala situasi, baik lapang maupun sempit. Mereka mengajukan banyak pertanyaan, dan sebanyak itu pula senior ini menanggapinya. Usai mampir dan daulat diskusi di Sekretariat itu, saya bersama mba Fitriyah, dengan mobil Karimun, mengantar ke Hotel tempat menginap beliau.
Penulis : Nur Hidayat Sardini – Mantan Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum (BAWASLU, 2008-2011)
Editor : Tim Redaksi
Dapatkan berita dan informasi lengkap lainnya dengan cara klik http://hariannetwork.com















